UKD
2
BAHASA
INDONESIA
Penalaran
dalam Penulisan Karya Ilmiah
DISUSUN
OLEH :
Nama :
Atik Putri S.
NIM : D1613008
FAKULTAS
ILMU SOSIAL
DAN
ILMU
POLITIK
Kata
Pengantar
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Penalaran dalam Penulisan Karya Ilmiah”.
Dalam penyusunannya, saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan orang-orang yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Alhamdulillahirabbilalamin, Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat, rahmat, taufik, serta hidayah-Nya yang tiada terkira besarnya, sehingga saya selaku penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul ”Penalaran dalam Penulisan Karya Ilmiah”.
Dalam penyusunannya, saya memperoleh banyak bantuan dari berbagai pihak, karena itu saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: Kedua orang tua dan orang-orang yang telah memberikan dukungan, kasih, dan kepercayaan yang begitu besar.
Dari sanalah semua kesuksesan ini berawal, semoga semua ini bisa memberikan sedikit kebahagiaan dan menuntun pada langkah yang lebih baik lagi. Meskipun saya berharap isi dari makalah ini bebas dari kekurangan dan kesalahan, namun selalu ada yang kurang.
Oleh karena itu, saya mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar makalah ini dapat lebih baik lagi. Akhir kata saya berharap agar makalah ini bermanfaat bagi semua pembaca.
Wassalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh.
Semarang, November 2013
Penyusun
(Atik Putri S.)
Semarang, November 2013
Penyusun
(Atik Putri S.)
i
Daftar Isi
Kata
Pengantar
.....................................................................................................................i
Daftar
Isi ..............................................................................................................................ii
Bab
1 Pendahuluan
..............................................................................................................1
A. Latar
Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan
Masalah
..............................................................................................2
C. Tujuan
Penulisan ................................................................................................2
D. Manfaat
..............................................................................................................3
E. Metode
Pengumpulan Data ................................................................................3
Bab 2 Pembahasan
................................................................................................................4
A. Pengertian
Penalaran ..........................................................................................4
B. Bernalar
Secara Deduktif
...................................................................................5
C. Bernalar
Secara Induktif ...................................................................................12
D. Salah Nalar .......................................................................................................15
Bab
3 Penutup .....................................................................................................................20
A. Kesimpulan ........................................................................................................20
B. Saran ..................................................................................................................20
Daftar Pustaka .....................................................................................................................21
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Pencarian
pengetahuan yang benar harus berlangsung menurut prosedur atau kaedah hukum, yaitu
berdasarkan logika. Sedangkan aplikasi dari logika dapat disebut dengan
penalaran dan pengetahuan yang benar dapat disebut dengan pengetahuan ilmiah.
Untuk memperoleh pengetahuan ilmiah dapat digunakan dua jenis penalaran, yaitu
Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif. Penalaran deduktif merupakan
prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah
diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan
baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori,
hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata
lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan
teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan.
Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan
kata kunci untuk memahami suatu gejala. Penalaran induktif merupakan prosedur
yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan
berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam
hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Dengan
demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat
digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu
wujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada
hukum-hukum logika.
1
B. Rumusan
Masalah
1. Apa pengertian dari Penalaran ?
2. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Deduktif?
3. Ada berapa jenis penalaran Deduktif ?
4. Bagaimana penulisan penalaran Deduktif
didalamnsebuah kalimat dan penulisannya ?
5. Apakah yang dimaksud dengan Penalaran Induktif ?
6. Ada berapa jenis penalaran Induktif ?
7. Bagaimana penulisan penalaran Induktif
didalam sebuah kalimat dan penulisannya ?
8.
Apa pengertian Salah Nalar ?
9.
Ada berapa jenis Salah Nalar?
C. Tujuan
Penulisan
1. Mengetahui definisi Penalaran Deduktif
dan Penalaran Induktif.
2. Memahami arti Penalaran Deduktif dan
Penalaran Induktif.
3. Mampu
menjelaskan Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
4.
Mampu memberikan contoh Penalaran Deduktif dan Penalaran Induktif.
5.
Mampu menjelaskan pengertian Salah Nalar beserta macamnya.
2
D. Manfaat
1. Penalaran menyatakan, menjelaskan
dan mempergunakan prinsip-prinsip abstrak yang dapat dipakai dalam semua lapangan ilmu
pengetahuan (bahkan seluruh lapangan kehidupan).
2. Penalaran menambah daya berpikir
abstrak dan dengan demikian melatih dan mengembangkan daya pemikiran dan
menimbulkan disiplin intelektual.
3. Penalaran mencegah kita tersesat
oleh segala sesuatu kita peroleh berdasarkan autoritas, emosi dan prasangka.
4. Penalaran di masa sekarang dikenal
sebagai “era of reason” membantu kita untuk mampu berpikir sendiri dan tahu
yang benar dari yang palsu.
5. Penalaran membantu orang untuk
dapat berpikir lurus, tepat dan teratur karena dengan berpikir demikian ia
dapat memperoleh kebenaran dan menghindari kesesatan.
E. Metode Pengumpulan Data
Metode yang saya gunakan dalam
penyusunan makalah ini, sangat sederhana. Saya mengumpulkan informasi dari
beberapa media internet dalam mengumpulkan data.
3
BAB 2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN PENALARAN
Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari
pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan
pengertian. Dalam pengertian yang lain penalaran adalah suatu proses berfikir
untuk menghubung- hubungkan data atau fakta yang ada sehingga sampai pada suatu
kesimpulan. Cara penarikan kesimpulan ini disebut dengan logika. Secara umum, logika dapat didefinisikan sebagai sarana
untuk berfikir secara benar atau sahih. Yang mana didalam logika itu,
menyatakan, menjelaskan, dan mempergunakan prinsip- prinsip abstrak dalam
merumuskan kesimpulan.
Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga, maka akan
terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis.
Berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang akan
menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Dalam
penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut Premis dan hasil kesimpulannya disebut
konklusi. Berdasarkan jenisnya,
proposisi dapat dibedakan menjadi dua jenis.Yakni proposisi empirik dan proposisi
mutlak. Proposisi empirik adalah
pernyataan yang dapat diverifikasi secara empirik. Sedangkan Proposisi mutlak adalah proposisi yang
jelas dengan sendirinya sehingga tidak perlu dibuktikan secara empiris.
Adapun dalam proses bernalar, terdapat dua jenis metode yang
dapat digunakan, yaitu bernalar secara deduktif dan induktif.
4
B. BERNALAR SECARA DEDUKTIF
Bernalar secara
Deduktif adalah proses penalaran untuk manarik suatu kesimpulan dari suatu prinsip
atau sikap yang berlaku umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus.
Kesimpulan deduktif dibentuk dengan cara deduksi. Yakni dimulai dari hal-hal
umum, menuju kepada hal-hal yang khusus atau hal-hal yang lebih rendah. Contoh:
Al- musaddadiyah adalah sebuah yayasan yang menyediakan berbagai jenjang
pendidikan, seperti SD, SMP, MTS, SMA, MA, SMK, Perguruan Tinggi dan Pesantren.
Penarikan
simpulan (konklusi) secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan dapat
pula dilakukan secara tak langsung.
1. Menarik Simpulan secara Langsung
Simpulan
(konklusi) secara langsung atau entimen,
adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang ditarik dari satu premis.
Misalnya:
1) Semua S adalah P. (premis)
Sebagian P adalah S.
(simpulan)
Contoh:
Semua
ikan berdarah dingin.
(premis)
Sebagian
yang berdarah dingin adalah ikan. (simpulan)
2)
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Tidak satu pun P adalah S. (simpulan)
Contoh:
Tidak
seekor nyamuk pun adalah lalat. (premis)
Tidak
seekor lalat pun adalah nyamuk. (simpulan)
5
3)
Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Contoh:
Semua
rudal adalah senjata berbahaya. (premis)
Tidak
satu pun rudal adalah senjata tidak berbahaya. (simpulan)
4)
Tidak satu pun S adalah P. (premis)
Semua S adalah tak-P. (simpulan)
Contoh:
Tidak
seekor pun harimau adalah singa. (premis)
Semua
harimau adalah bukan singa.
(simpulan)
5) Semua S adalah P. (premis)
Tidak satu pun S adalah tak-P.
(simpulan)
Tidak satu pun tak-P adalah S.
(simpulan)
Contoh:
Semua gajah adalah berbelalai.
(premis)
Tak satu pun gajah adalah takberbelalai. (simpulan)
Tidak satu pu yang takberbelalai adalah gajah. (simpulan)
2.
Menarik Simpulan secara Tidak Langsung
Penarikan simpulan
secara tidak langsung atau silogisme,
adalah suatu proses penarikan kesimpulan yang memerlukan dua data sebagai data
utamanya. Dari dua data ini, akan dihasilkan sebuah simpulan. Premis yang
pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua adalah premis
yang bersifat khusus.
6
Untuk menarik
simpulan secara tidak langsung ini, kita memerlukan suatu premis (pernyataan
dasar) yang bersifat umum (PU) dan premis yang kedua bersifat khusus (PK).
Sebagai umpama:
PU : Setiap
manusia akan mati
PK : Pak ujang
adalah manusia
K :
Pak ujang akan mati
Hal- hal penting yang harus diperhatikan dalam penyusunan suatu
silogisme adalah sebagai berikut:
1.
Silogisme terdiri dari tiga pernyataan.
2.
Pernyataan (premis) pertama disebut premis umum.
3.
Pernyataan (premis) kedua disebut premis khusus
4.
Pernyataan ketiga disebut kesimpulan.
5.
Apabila salah satu premisnya negatif, maka kesimpuulannya pasti negatif.
6.
Dua premis negatif tidak dapat menghasilkan kesimpulan.
7.
Dari dua premis khusus tidak dapat ditarik kesimpulan.
Pola penarikan kesimpulan tidak langsung
atau silogisme, dapat dikelompokan kedalam beberapa jenis:
a. Silogisme
Kategorial
Yang dimaksud
dengan silogisme kategorial adalah, silogisme yang terjadi dari tiga proposisi
(pernyataan). Dua proposisi merupakan premis dan satu proposisi, merupakan
simpulan. Premis yang bersifat umum, disebut premis mayor. Dan premis yang bersifat khusus
disebut premis minor. Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat.
Subjek simpulan disebut term minor dan predikat simpulan disebut term
mayor.
7
Contoh:
PU :
Semua manusia bijaksana.
PK :
Semua polisi adalah bijaksana.
K :
Jadi, semua polisi bijaksana.
Untuk menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara
premis mayor dan premis minor. Term penengah adalah silogisme diatas ialah manusia.
Term penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau
term penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil.
Contoh:
PU :
Semua manusia tidak bijaksana.
PK :
Semua kera bukan manusia.
K : Jadi, (tidak ada kesimpulan).
Aturan umum mengenai silogisme
kategorial adalah sebsgai berikut:
a) Silogisme harus terdiri
atas tiga term. Yaitu term mayor, term minor dan term penengah.
Contoh:
PU :
Semua atlet harus giat berlatih.
PK :
Xantipe adalah seorang atlet.
K : Xantipe
harus giat berlatih.
Term
mayor = Xantipe.
Term
minor = harus giat berlatih.
Term
penengah = atlet.
Kalau
lebih dari tiga term, simpulan akan menjadi salah.
Contoh:
Gambar itu menempel di dinding.
Dinding itu menempel di tiang.
8
Dalam premis ini terdapat empat term, yaitu gambar yang
menempel di dinding dan dinding menempel ditiang. Oleh sebab itu, disini tidak
dapat ditarik kesimpulan.
b) Silogisme terdiri atas tiga
proposisi, yaitu premis mayor, premis minor dan simpulan.
c) Dua premis yang negatif
tidak dapat menghasilkan simpulan.
Contoh:
Semua semut bukan ulat.
Tidak seekor ulat pun adalah manusia.
d) Bilah salah satu premisnya
negatif, simpulan pasti negatif.
Contoh:
PU :Tidak seekor gajah pun adalah singa.
PK : Semua gajah berbelalai.
K : Jadi, tidak seekor singa
pun berbelalai.
e) Dari premis yang positif,
akan dihasilkan simpulan yang positif.
Contoh:
PU ; Semua mahasiswa adalah lulusan
SMA
PK : Ujang adalah mahasiswa
K : Ujang adalah lulusan SMA
f) Dari dua premis
yang khusus, tidak dapat ditarik satu simpulan.
Contoh:
PU : Sebagian orang jujur adalah petani.
PK : Sebagian pegawai negeri
adalah orang jujur.
K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
g) Bila salah satu premis
khusus, simpulan akan bersifat khusus.
Contoh:
PU : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
PK : Sebagian pemuda adalah
mahasiswa.
K : Jadi, sebagian pemuda
adalah lulusan SLTA.
h)
Dari premis mayor yang khusus dan premis minor yang negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan
9
Contoh:
PU : Beberapa manusia adalah
bijaksana.
PK : Tidak seekor binatang pun adalah manusia.
K : Jadi, . . . (tidak ada simpulan)
b. Silogisme
Hipotesis
Silogisme hipotesis
adalah silogisme yang terdiri atas pernyataan umum, pernyataan khusus, dan
kesimpulan. Akan tetapi, premis umumnya bersifat pengandaian. Hal ini ditandai
adanya penggunaan konjungsi jika
dalam pernyataannya. Dengan demikian, pernyataan umumnya dibentuk oleh dua
bagian. Bagian pertama disebut anteseden dan
bagian keduanya disebut konsekuensi.
Sementara itu, pernyataan khususnya menyatakan kenyataan yang terjadi, yang
kemungkinannya hanya dua: sesuai atau tidak sesuai dengan yang diandaikannya
itu.
Contoh PU :
jika saya lulus ujian, saya akan melanjutkan kuliah ke
(anteseden) (konsekuensi)
perguruan tinggi.
c.
Silogisme Alternatif
Silogisme ini menggunakan pernyataan
umum yang memiliki dua alternatif. Jika alternative satu itu benar menurut
pernyaataan khususnya, alternatif yang lain itu salah.
Contoh:
PU
; Lampu temple ini akan mati apabila minyaknya habis atau sumbunya
pendek.
PK ;
Lampu ini mati, tetapi minyaknya tidak habis.
K :
Lampu ini mati karena sumbunya pendek.
10
d.
Entimen
Sebenarnya
silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam tulisan
maupun dalam lisan. Akan tetapi, ada bentuk silogisme yang tidak mempunyai
premis mayor karena premis mayor itu sudah diketahui secara umum. Yang
dikemukakan hanya premis minor dan simpulan.
Contoh:
PU ; Semua sarjana adalah orang cerdas.
PK ; Ali adalah seorang sarjana.
K : Jadi,
Ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme ini dapat ditarik satu
entimen, yaitu “Ali adalah orang cerdas karena dia adalah seorang sarjana”.
Beberapa
contoh entimen:
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam
sayembara itu.
Dengan demikian, silogisme dapat
dijadikan entimen. Sebaliknya, sebuah entimen juga dapat diubah menjadi
silogisme.
11
C. BERNALAR SECARA INDUKTIF
Penalaran induktif dilakukan terhadap fakta-fakta
khususuntuk kemudian dirumuskan sebuah kesimpulan. Kesimpulan ini mencakup
semua fakta yang khusus.
Contoh
:
Sejak suaminya meninggal dunia dua tahun yang lalu, Ny. Ahmad
sering sakit. Setiap bulan ia pergi ke
dokter memeriksakan sakitnya. Harta peninggalan suaminya semakin menipis untuk
membeli obat dan biaya pemeriksaan, serta untuk biya hidup sehari-hari bersama
tiga orang anaknya yang masih sekolah. Anaknya yang tertua dan adiknya masih
kuliah di sebuah perguruan tinggi swasta, sedangkan yang nomor tiga masih duduk
di bangku SMA. Sungguh (kata kunci) berat beban hidupnya. (Ide pokok)
Seperti halnya penalaran duduktif,
cara bernalar induktif juga terbagi kedalam beberapa macam. Yakni:
1. Generalisasi
Generalisasi ialah
proses penalaranyang megandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat
tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum. Dari beberapa gejala
dan data, kita ragu-ragu mengatakan bahwa “Lulusan sekolah A pintar-pintar.”
Hal ini dapat kita simpulkan setelah beberapa data sebagai pernyataan
memberikan gambaran seperti itu.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan semua logam
akan memuai.
12
Benar atau tidak benarnya rumusan kesimpulan secara
generalisasi, itu dapat dilihat dari hal-hal berikut.:
1) Data itu harus memadai
jumlahnya. Semakin banyak data yang dipaparkan, semakin benar simpulan yang
diperoleh.
2) Data itu harus mewakili
keseluruhan. Dari data yang sama itu akan dihasilkan simpulan yang benar.
3) Pengecualian perlu
diperhitungkan karena data-data yang mempunyai sifat khusus tidak dapat
dijadikan data.
Contoh
generalisasi yang tidak sahih;
a)
Orang garut suka rujak
b)
Makan daging dapat menyebabkan penyakit darah tinggi.
c)
Orang malas akan kehilangan banyak rejeki.
2. Analogi
Analogi adalah cara
bernalar dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh:Nina adalah lulusan akademi A.
Nina dapat
menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah
lulusan akademi A.
Oleh sebab
itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Tujuan penalaran secara analogi
adalah sebagai berikut.
1) Analogi dilakukan untuk
meramalkan sesuatu.
2) Analogi dilakukan untuk
menyingkap suatu kekeliruan.
3) Analogi digunakan untuk
menyusun klasifikasi.
13
3. Hubungan Kausal
Hubungan kausal
adalah penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang memiliki pola hubungan
sebab akibat. Misalnya, tombol ditekan, akibatnya bel berbunyi. Dalam
kehidupan kita sehari-hari, hubungan kausal ini sering kita temukan. Hujan
turun dan jalan-jalan becek. Ia kena penyakit kanker darah dan meninggal dunia.
Dalam kaitannya dengan hubungan kausal ini, terdapat tiga pola hubungan
kausalitas. Yaitu sebagai berikut:
a. Sebab-Akibat
Sebab-akibat ini
berpola A menyebabkan B. Disamping itu, hubungan ini dapat pula berpola A
menyebabkan B, C, D, dan seterusnya. Jadi, efek dari satu peristiwa yang
dianggap penyebab kadang-kadang lebih dari satu.
Dalam kaitannya
dengan hubungan kausal ini, diperlukan kemampuan penalaran seseorang untuk
mendapatkan simpulan penalaran. Hal ini akan terlihat pada suatu penyebab yang
tidak jelas terhadap sebuah akibat yang nyata. Kalau kita melihat sebiji buah
mangga terjatuh dari batangnya, kita akan memperkirakan beberapa kemungkinan
penyebabnya. Mungkin mangga itu ditimpa hujan, mungkin dihempas angin, dan
mungkin pula dilempari anak-anak. Pastilah salah satu kemungkinana itu yang
menjadi penyebabnya.
b. Akibat-Sebab
Dalam pola ini kita memulai dengan
peristiwa yang menjadi akibat. Peristiwa itu kemudian kita analisis untuk
dicari penyebabnya.
Contoh
;Kemarin pak maman tidak masuk kantor.
Hari inipun tidak. Pagi tadi istrinya
pergi ke apotek membeli obat. Oleh karena itu, pasti Pak Maman sedang sakit.
14
c. Sebab Akibat -1 Akibat
-2
Suatu penyebab dapat menyebabkan
serangkaian akibat. Akibat pertama berubah menjadi sebab yang menimbulkan
akibat kedua. Demikianaalah seterusnya, hingga timbul arangkaian beberapa
akibat.
Contoh:
Mulai bualan mei 2012, harga
beberapa jenis BBM direncanakan akan mengalami kenaikan. Terutama premium dan
solar. Hal ini karena pemerintah ingin mengurangi subsidi dengan harapan supaya
ekonomi Indonesia kembali berlangsung normal. Dikarenakan harga bahan bakar
naik, sudah barang tentu biaya angkutan pun akan naik pula. Jika biaya angkutan
naik, harga barang pasti ikutn naik. Naiknya harga barang akan dirasakan berat
oleh masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan harga barang harus diimbangi dengan
usaha menaikan pendapatan rakyat.
D. Salah Nalar
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Salah nalar (reasioning atau logical fallacy) adalah kekeliruan dalam proses berpikir karena keliru menafsirkan atau menarik kesimpulan. Kekeliruan ini dapat terjadi karena faktor emosional, kecerobohan atau ketidaktahuan.
Contoh
sederhana:
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
Seseorang mengatakan, ”Di sekolah, Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran yang terpenting. Tanpa menguasai Bahasa Indonesia seorang siswa tidak mungkin dapat memahami mata pelajaran lainnya dengan baik.”
15
Pernyataan
tersebut tidaklah tepat. Bahwa Bahasa Indonesia merupakan mata pelajaran
penting, memang benar. Tetapi kalau dikatakan terpenting, tampaknya perlu
dipertanyakan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah tafsir dapat terjadi karena kekeliruan induktif, deduktif, penafsiran relevansi dan peggunaan otoritas yang berlebihan.
Salah
nalar dapat dibedakan atas 4 (empat) macam:
1. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
1. Generalisasi yang terlalu luas
Salah nalar ini terjadi karena kurangnya data yang dijadikan dasar generalisasi, sikap menggampangkan, malas mengumpulkan dan menguji data secara memadai, atau ingin segera meyakinkan orang lain dengan bahan yag terbatas. Paling tidak ada dua kesalahan generalisasi yang muncul:
a. Generalisasi sepintas (Hasty or sweeping generalization)
Kesalahan terjadi karena penulis membuat generalisasi berdasarkan data atau evidensi yang sangat sedikit.
Contoh:
Semua anak yang jenius akan sukses dalam belajar.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
Pernyataan tersebut tidaklah benar, karena kejeniusan atau tingkat intelegensi yang tinggi bukan satu-satunya faktor penentu kesuksesan belajar anak. Karena masih banyak faktor penentu lain yang teribat seperti: motivasi belajar, sarana prasarana belajar, keadaan lingkungan belajar, dan sebagainya.
16
b. Generalisasi apriori
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Salah nalar ini terjadi ketika seorang penulis melakukan generalisasi atas gejala atau peristiwa yang belum diuji kebenaran atau kesalahannya. Kesalahan corak penalaran ini sering ditimbulkan oleh prasangka. Karena suatu anggota dari suatu suatu kelompok, keluarga, ras atau suku, agama, negara, organisasi, dan pekerjaan atau profesi, melakukan satu atau beberapa kesalahan, maka semua anggota kelompok itu disimpulkan sama.
Contoh:
Semua pejabat pemerintah korup; Para remaja sekarang rusak moralnya; Zaman
sekarang, tidak ada orang berbuat tanpa pamrih; dan sebagainya.
2. Kerancuan Analogi
Kerancuan analogi disebabkan karena penggunaan analogi yang tidak tepat. Dua hal yang diperbandingkan tidak memiliki kesamaan esensial (pokok).
Contoh:
”Negara adalah kapal yang berlayar menuju tanah harapan. Jika nahkoda setiap kali harus meminta anak buahnya dalam menentukan arah berlayar, maka kapal itu tidak akan kunjung sampai. Karena itu demokrasi pemerintahan tidak diperlukan, karena menghambat.”
17
3. Kekeliruan Kasualitas (sebab
akibat)
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a. Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
Kekeliruan kasualitas terjadi karena kekeliruan menentukan sebab.
Contoh:
a. Saya tidak bisa berenang, karena tidak ada satupun keluarga saya yang dapat berenang.
b. Saya tidak dapat mengerjakan ujian karena lupa tidak sarapan
4. Kesalahan Relevansi
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
Kesalahan relevansi akan terjadi apabila bukti yang diajukan tidak berhubungan atau tidak menunjang sebuah kesimpulan. Corak kesalahan ini dapat dirinci menjadi 3 (tiga) macam:
a. Pengabaian persoalan (ignoring the question)
Contoh:
Korupsi di Indonesia tidak bisa diberantas, karena pemerintah tidak memiliki undang-undang khusus tentang hal itu.
b. Penyembunyian persoalan (biding the question)
Contoh:
Tidak ada jalan lain untuk memberantas korupsi kecuali pemerintah menaikkan gaji pegawai negeri.
c. Kurang memahami persoalan
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
Salah nalar ini terjadi karena penulis mengemukakan pendapat tanpa memahami persoalan yang dihadapi dengan baik. Sehingga pendapat yang disampaikan tidak mengena atau berputar-putar dan tidak menjawab secara benar atau persoalan yang terjadi.
18
5. Penyandaran terhadap prestise
seseorang
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
Salah nalar disini terjadi karena penulis menyandarkan pada pendapat seseorang yang hanya karena orang tersebut terkenal atau sebagai tokoh masyarakat namun bukan ahlinya.
Agar tidak terjadi salah nalar karena faktor penyebab ini, maka perlu di patuhi rambu-rambu sebagai berikut:
a. Orang
itu diakui keahliannya oleh orang lain
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
b. Pernyataan yang dibuat berkenaan dengan keahliannya, dan relevan dengan persoalan yang dibahas.
c. Hasil pemikirannya dapat diuji kebenarannya
Hal tersebut mengindikasikan kita sebagai penulis tidak boleh asal mengutip semata-mata karena orang tersebut merupakan orang terpandang, terkenal atau kaya raya dan baik status sosial ekonominya.
19
BAB 3
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari berbagai penjelasan diatas, dapat
disimpulkan bahwa penalaran dalam prosesnya ada 2 macam, yaitu penalaran
Deduktif dan penalaran Induktif.
Penalaran Deduktif adalah metode
berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, untuk seterusnya
diambil kesimpulan yang khusus.
Penalaran Induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan
bertolak dari bentuk penalaran deduktif. Yakni menarik suatu kesimpulan dari
fakta- fakta yang sifatnya khusus, untuk kemudian ditarik kesimpulan yang
sifatnya umum.
B.
SARAN
Sebagai
seorang mahasiswa, kita dianjurkan untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan
penalaran. Karena jika seseorang telah tahu apa yang dimaksud dengan penalaran,
baik yang sifatnya deduktif atau induktif, akan mempengaruhi terhadap pola
pikir yang ia kembangkan. Baik dalam menghadapi suatu masalah atau untuk
menyimpilkan suatu masalah. Maka proses penalaran ini harus kita ketahui,
bahkan pahami dengan sebenar-benarnya.
20
Daftar Pustaka
21
Tidak ada komentar:
Posting Komentar