Kamis, 23 Juni 2016

Tradisi Nginang



Tradisi Nginang

Nginang adalah sebutan dari tradisi makan sirih. Biasanya, sebelum dimakan sirih diramu terlebih dahulu dengan tembakau, kapur, gambir, dan buah pinang. Makan sirih seperti ini bagi pecandunya merupakan sebuah kebutuhan pokok yang mustahil digantikan oleh apa pun. Menurut mereka, mengunyah daun sirih merupakan kenikmatan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Istilah popular yang dipakai untuk makan sirih adalah bersugi, bersisik, menyepah, nyusur, dan nginang. Jadi budaya nginang adalah sebuah kebiasaan memakan sirih dan bahan campurannya yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat.
Berdasarkan catatan perjalanan Marcopolo, kemungkinan besar tradisi ini berasal dari kepulauan Indonesia. Marcopolo yang dikenal sebagai penjelajah dunia pada abad ke-13 mencatat bahwa masyarakat di kepulauan nusantara banyak yang makan sirih. Pernyataan Marcopolo tersebut seolah-olah mempertegas pernyataan  dua penjajah sebelumnya yaitu Ibnu Batuta dan Vasco Da Gama, yang menyatakan bahwa ada masyarakat di sebelah timur (Indonesia) memiliki kegemaran makan sirih.
Berawal dari kebiasaan makan sirih, dan beragamnya flora di Indonesia. Kebiasaan ini semakin berkembang dengan penambahan berbagai bahan yaitu buah pinang, kapur sirih, gambir dan disebut dengan istilah nginang. Sampai saat ini asal usul budaya nginang belum diketahui secara resmi darimana asalnya.
Budaya makan Pinang telah merasuk ke Indonesia di berbagai wilayah dari Sumatra, Jawa, Kalimantan hingga Papua. Namun karena efek yang di timbulkan setelah makan pinang berupa air liur yang terlihat merah dan jorok di tambah lagi dengan kehadiran rokok dan cemilan, maka budaya makan pinang ini kian lama kian terkikis.
Mitos tentang nginang memang sudah tidak asing lagi terdengar di telinga kita. Selain sudah menjadi kebiasaan yang sulit ditinggalkan, banyak dari nenek-nenek kita yang mengatakan bahwa dengan menginang dapat membuat gigi dan gusi kita menjadi lebih sehat dan kuat, serta dapat menghilangkan bau mulut yang tidak sedap.

Ø  Selain mitos tersebut ternyata nginang juga memiliki filosofi tersendiri, yakni :
·        Sirih 
Sirih konon melambangkan sifat rendah hati, memberi, serta senantiasa memuliakan orang lain.
·        Kapur
Kapur melambangkan hati yang putih bersih serta tulus, tetapi jika keadaan memaksa, ia akan berubah menjadi lebih agresif dan marah.
·         Gambir
Gambir memiliki rasa sedikit pahit, melambangkan keteguhan hati.

Ø  Berikut ini hal-hal yang dibutuhkan untuk Nginang:
1.      Daun sirih                                                 
2.      Biji pinang
3.      Kapur sirih
4.      Gambir
5.      Tembakau
Ø  Cara nginang adalah sebagai berikut :
ü  Ambil 1 sampai 2 lembar daun sirih.
ü  Ambil sedikit kapur sirih, sedikit isi biji pinang yang muda, dan gambir kemudian bungkus dengan daun sirih tersebut.
ü  Kemudian kunyah daun sirih beserta isinya sampai hancur.
ü  Untuk membersihkan gigi, pakailah tembakau.



Sumber:
http://sayavina.blogspot.com/2014/09/nginang.html
http://kesehatan.kompasiana.com/alternatif/2013/10/31/nginang-masih-adakah-tradisi-penguat-gigi-ini-603930.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar